Terpisah jarak ...
Sepanjang jalan lintas sumatera....
Dibatas dinding Bukit Barisan ...
Di seberang Selat Sunda...
uuuuhhh.. jauh luasnya daratan dan lautan...
Cerita kau dan aku tak ada bernaskah...
sehingga sampai kini tak jelas untuk berkisah.
aku masih mengingat kalimat sebelum aku pergi.
kau akan selalu menjaga hati ...
saat langkah ku akan meninggalkan kota kita ...
kau lepas aku tanpa tatapan..
kau lepas aku tanpa pertemuan...
apa kau tak sanggup ? lalu menghilang..
masih di akhir keberangkatan..
masih ku menoleh kebelakang..
berharap kau datang..
walaupun ku akhirnya akan mengucapkan "Selamat tinggal".
-1412
27-11-16
Sabtu, 26 November 2016
Kamis, 17 November 2016
Kabar Malam
Hei malam....
apakah kau membawa kabar ttg dia hari ini ...?
apakah kau dapat menceritakan sdg apa dia mlm ini?
seberapa merona bola mata nya saat ini, dan seberapa cantik senyumannya ?
apakah masih menentramkan ,?
apakah tk ada yang mnggaduhnya,.,.?
apakah kau membawa kabar ttg dia hari ini ...?
apakah kau dapat menceritakan sdg apa dia mlm ini?
seberapa merona bola mata nya saat ini, dan seberapa cantik senyumannya ?
apakah masih menentramkan ,?
apakah tk ada yang mnggaduhnya,.,.?
kabarkan kepadaku tentang bidadari biru itu yang masih tertinggal saat ini di bumi..
kabarkan kepadaku tentang raden ayu itu yang selalu mnjd alasan ku utk menanti..
malam....
dalam senyapmu jangan biarkan dia sepi ..
dalam diam ku ... hati ini selalu riuh tak mau berhenti..
meminta dan selalu menyebut sebuah nama...
entah dmana adanya,..
pun dalam jurang yang dalam ...
aku selalu menyebutnya di sepertiga malam.....
-1412
Padang, 17 november 2016
kabarkan kepadaku tentang raden ayu itu yang selalu mnjd alasan ku utk menanti..
malam....
dalam senyapmu jangan biarkan dia sepi ..
dalam diam ku ... hati ini selalu riuh tak mau berhenti..
meminta dan selalu menyebut sebuah nama...
entah dmana adanya,..
pun dalam jurang yang dalam ...
aku selalu menyebutnya di sepertiga malam.....
-1412
Padang, 17 november 2016
Selasa, 15 November 2016
Petang yang menghinaku
Petang ini langit kelabu, deburan ombak masih berkejaran seperti biasanya, anak manusia masih sibuk dengan urusannya masing-masing...
Lihatlah di sana....
Sekelompok orang sibuk dengan bola , saling berkejaran.
Ada yang asik mengabadikan momen dengan berfoto, mungkin mereka menganggap suasana petang ini begitu bagus dan cantik .... Tapi, menurutku apa cantiknya petang ini ?
Hanya kelabu dan langit yang semakin mendung.
Cakrawalapun seperti malu-malu.
Petang ini seperti sedang menghinaku atau sedang menemani dan menyamai perasaanku, sendiri terpaku.
Rinai turun menambah sendu suasana, suara ombak ku rasakan seperti tangisan, memilukan.
Lebat pun hujan tak akan mampu menghapus luka yang kian lebar menganga, kepedihan.
Di ujung sana, tepat arah jam 12 tempatku kini, kapal nelayan ada yang menepi, baru pulang melaut.
Bersyukur dengan hasil yang didapat.
Seharunya aku juga harus seperti itu, selalu bersyukur dengan apa yang terjadi. Tuhan punya rencana lain.
Saat diawal pertemuan dengannya sudah ku sisakan sedikit ruang untuk rasa sakit yang kini dirasakan, dan memang terjadi.
Saat ini aku benar-benar telah dihina oleh petang, barisan awan seperti membentuk rangkaian pengolokan, Aku pun sudah puas ditertawakan. Ku akui, aku kalah dalam permainan ini, atau ini mungkin sebuah perjudian.
Senja kali ini pergi tanpa ada sapaan saat dia menghilang, sungguh.... ini siksaan.
-1412
14-11-16
Lihatlah di sana....
Sekelompok orang sibuk dengan bola , saling berkejaran.
Ada yang asik mengabadikan momen dengan berfoto, mungkin mereka menganggap suasana petang ini begitu bagus dan cantik .... Tapi, menurutku apa cantiknya petang ini ?
Hanya kelabu dan langit yang semakin mendung.
Cakrawalapun seperti malu-malu.
Petang ini seperti sedang menghinaku atau sedang menemani dan menyamai perasaanku, sendiri terpaku.
Rinai turun menambah sendu suasana, suara ombak ku rasakan seperti tangisan, memilukan.
Lebat pun hujan tak akan mampu menghapus luka yang kian lebar menganga, kepedihan.
Di ujung sana, tepat arah jam 12 tempatku kini, kapal nelayan ada yang menepi, baru pulang melaut.
Bersyukur dengan hasil yang didapat.
Seharunya aku juga harus seperti itu, selalu bersyukur dengan apa yang terjadi. Tuhan punya rencana lain.
Saat diawal pertemuan dengannya sudah ku sisakan sedikit ruang untuk rasa sakit yang kini dirasakan, dan memang terjadi.
Saat ini aku benar-benar telah dihina oleh petang, barisan awan seperti membentuk rangkaian pengolokan, Aku pun sudah puas ditertawakan. Ku akui, aku kalah dalam permainan ini, atau ini mungkin sebuah perjudian.
Senja kali ini pergi tanpa ada sapaan saat dia menghilang, sungguh.... ini siksaan.
-1412
14-11-16
Senin, 14 November 2016
Nama yang tersamar
Ada yang selalu teringat ..
Saat sebuah nama begitu di sebut dlm ruangan yang gelap dan pekat...
Lidah tak mampu lagi untuk bersilat...
Diam..
Detak jantung semkin cepat...
Nama yang menjadi alasan kau mnunggu. .
Setiap hari melimpah dalam secangkir rindu...
Apa yg d tuju..
Hanya temu....
Nama itu kadang terlupa...
Kadang dibenci..
Kadang juga mmbuat bahagia...
Bersabar dlm ruang yg hampa...
-1412
Senja Terakhir
Ini senja terakhir yang mungkin akan ku tinggalkan dia bersamamu,Senja yang kelabu, menertawakanku jelas sekali menghinaku.
Titip dia .. jaga dan biarkan dia menawan seperti biasanya...
biarkan dia begitu lembut seperti biasanya.
Dan hei... Lengkungan indahnya jangan kau gaduh...
Biarkan seperti itu. Nyaman dan teduh...
membuat jernih hati yang keruh.
Tak mungkin ku bisa memutar waktu...
Nanti yg ada hanya kecewa Karena hati yang begitu sakit tergores sembilu...
Biarkan aku utk menoleh sesaat...
Walaupun berat utk mengucapkan "selamat tinggal"...
-1412
Jumat, 11 November 2016
Senja , Secangkir Kopi dan Dermaga
Hai senja ....
kita bertemu lagi, maukah kau kembali mendengarkan ceritaku sekarang ini ?
Ini bukan lagi di tepi pantai dengan ombak yang terus menari, ini adalah dermaga bisu yang menjadi tempatku untuk bisa melepas rinduku kepadamu.
Di sudut dermaga yang menjadi tempat anak manusia biasa termenung sendu.
Hai senja...
kau tentu heran kenapa aku di sini sendiri?
akan ku jelaskan. ...
Tadi dia di sini, cuma sebentar lalu pergi, meninggalkan aku bersama secangkir kopi. menggantikannya agar aku terlelap dan terus mengalirkan syair puisi.
Senja...
Aku berada di langit imajinasi paling tinggi saat ini, lihatlah kopi yang dibuatnya , menambah inspirasi, begitu pas dengan adukan lembut dan rasa manis yang begitu damai. Dia meraciknya dengan senyuman tulus untuk membuatku semakin jauh terbang berimajinasi.
Sore yang tentram sekarang ini ku duduk menerawang, begitu samar kadang, tapi cahaya merah langitmu membuatnya terang persis seperti pipinya yang malu-malu.
Senja .... kau juga tentu mengenalnya kan?
gadis yang biasa ku ceritakan ...
Gadis yang mempunyai lengkungan indah di wajahnya.. lihat sendirilah senyumnya, itulah bocoran sedikit dari Tuhan tentang surga.
Tapi sayangnya, dia tak bisa untuk ikut ngopi bersamaku, menikmati bersama pahit dan manisnya secangkir cairan hitam pekat ini, dan juga dia tak bisa lama-lama untuk duduk berdua di sudut dermaga ini, menyaksikan tumbuhan bakau yang melambai pelan diterpa angin, berbaris rapi bagaikan serdadu.
Dia memang tak suka kopi, juga tak bisa lama-lama di sini.
Tapi dia sama denganku,, menyukaimu senja.....
-1412
11-11-16
kita bertemu lagi, maukah kau kembali mendengarkan ceritaku sekarang ini ?
Ini bukan lagi di tepi pantai dengan ombak yang terus menari, ini adalah dermaga bisu yang menjadi tempatku untuk bisa melepas rinduku kepadamu.
Di sudut dermaga yang menjadi tempat anak manusia biasa termenung sendu.
Hai senja...
kau tentu heran kenapa aku di sini sendiri?
akan ku jelaskan. ...
Tadi dia di sini, cuma sebentar lalu pergi, meninggalkan aku bersama secangkir kopi. menggantikannya agar aku terlelap dan terus mengalirkan syair puisi.
Senja...
Aku berada di langit imajinasi paling tinggi saat ini, lihatlah kopi yang dibuatnya , menambah inspirasi, begitu pas dengan adukan lembut dan rasa manis yang begitu damai. Dia meraciknya dengan senyuman tulus untuk membuatku semakin jauh terbang berimajinasi.
Sore yang tentram sekarang ini ku duduk menerawang, begitu samar kadang, tapi cahaya merah langitmu membuatnya terang persis seperti pipinya yang malu-malu.
Senja .... kau juga tentu mengenalnya kan?
gadis yang biasa ku ceritakan ...
Gadis yang mempunyai lengkungan indah di wajahnya.. lihat sendirilah senyumnya, itulah bocoran sedikit dari Tuhan tentang surga.
Tapi sayangnya, dia tak bisa untuk ikut ngopi bersamaku, menikmati bersama pahit dan manisnya secangkir cairan hitam pekat ini, dan juga dia tak bisa lama-lama untuk duduk berdua di sudut dermaga ini, menyaksikan tumbuhan bakau yang melambai pelan diterpa angin, berbaris rapi bagaikan serdadu.
Dia memang tak suka kopi, juga tak bisa lama-lama di sini.
Tapi dia sama denganku,, menyukaimu senja.....
-1412
11-11-16
Kamis, 10 November 2016
Sajak : Tentangmu
Kau adalah bidadari biru yg langit turunkan saat embun pagi mmbasahi dedaunan...
Kau adalah mentari senja yang merona dengan wrna jingganya..
Kau adalah angin sepoy yang berhembus sejuk menentramkan jiwa..
Kau adalah keindahan dan kenyaman itu.. Senyummu menyaingi indahnya pelangi...
Kau adalah malam yang cantik dg bertaburan bintang2 sbagai kunang2 langit..
Tentu saja d tambah manisnya rembulan...
-dermaga sepi berteman dg scangkir kopi d saat senja...
-1412
10 -11-16
Kau adalah mentari senja yang merona dengan wrna jingganya..
Kau adalah angin sepoy yang berhembus sejuk menentramkan jiwa..
Kau adalah keindahan dan kenyaman itu.. Senyummu menyaingi indahnya pelangi...
Kau adalah malam yang cantik dg bertaburan bintang2 sbagai kunang2 langit..
Tentu saja d tambah manisnya rembulan...
-dermaga sepi berteman dg scangkir kopi d saat senja...
-1412
10 -11-16
Jumat, 04 November 2016
Sajak : Bisikan Lacah Merah
Ini adalah tempat dimana
carut marut kota tak lagi berkutik
Hanya ada semilir angin, sayap-sayap belerang yang mengayun lembut
dan sekawanan rindu yang tersungut-sungut dari balik hati,
Torehan yang kau sematkan semalam menebar darah di setapak cinta
Semakin beringsut kakiku
Hanya ada semilir angin, sayap-sayap belerang yang mengayun lembut
dan sekawanan rindu yang tersungut-sungut dari balik hati,
Torehan yang kau sematkan semalam menebar darah di setapak cinta
Semakin beringsut kakiku
Semakin lacah campuran luka dan air mata
Kakiku kini bermandikan lumpur merah
Kubasuh jua dengan bulir bening ini,
Namun bekasnya tersenyum manis dikulum,
Arealku kini lacah semua dari kaki sampai puncak hati,
kunikmati
Ini sangat ku nikmati,
Semakin keatas semakin mencuat rasionalnya,
Lacah merah benar-benar memelukku dengan hangat
Menjadi guide hingga aku mendarat dipuncak rasa yang lebur
Kini aku dipuncak keheningan
Aku cukup berdiam disini
Memeluk hati sendiri
Menjeruji mata dari gambaran wajahmu
Serta menciumi sisa-sisa lacah merah dan sayap belerang dengan sumringah
By. Nia Erisa
4 November 2016
Kamis, 03 November 2016
Senja Si Gadis Biru
Sore itu, entah sore yang keberapa kali aku berada lagi di tempat ini, tempat yang selalu bisa membuat aku menikmati indahnya dunia, di pantai dengan ombak yang menderu dan tentu saja sajian senjanya yang indah.
Tapi, sore itu aku di sini tidak sendirian, aku bersamanya, gadis biru yang membuat jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya, mata ku yang mencuri pandang menatap wajah menyenangkannya, lihatlah penampilannya, dengan jilbab lembut berwarna biru langit, pas sepadan dengan warna baju kaos trendnya.
Menatap takzim cakrawala dan deburan ombak yang seakan tak pernah berhenti untuk berkejaran merapat ke garis pantai.
Perbincangan sore itu sederhana dan masih tentang senja.
Dia berkata dengan sedikit tersenyum,
“Aku paling suka dengan senja , aku yang suka menatapnya Aku yang begitu tentram dan damai saat melihat senja dengan corak warna indahnya”.
“Aku paling suka dengan senja , aku yang suka menatapnya Aku yang begitu tentram dan damai saat melihat senja dengan corak warna indahnya”.
Dia diam sejenak dan kubalas dengan senyuman terbaikku, dalam hati aku berkata :
“Aku suka menatapmu, seperti senjamu, wajah dengan senyuman yang begitu indah, seperti senjamu, juga membuatku damai dan melihatnya begitu menyenangkan, seperti senjamu”.
“Aku suka menatapmu, seperti senjamu, wajah dengan senyuman yang begitu indah, seperti senjamu, juga membuatku damai dan melihatnya begitu menyenangkan, seperti senjamu”.
Senyum tipis misteriusnya kembali membuaku terpesona seakan mengetahui apa yang kukatakan dalam hati ini, setidaknya dia tidak dapat mendengarkannya.
Dia kembali berkata :
“Saatku menatap senja membuat masalah sejenak terlupakan, membuat tenang dan menjadi tempat ku mengadu segala hal”.
Dia kembali berkata :
“Saatku menatap senja membuat masalah sejenak terlupakan, membuat tenang dan menjadi tempat ku mengadu segala hal”.
Aku mendengarkannya,
kembali ku katakan dalam hati,
“Tapi aku, saat ku menatapmu, saat ku berada disampingmu membuatku melupakan banyak hal, kau juga membuatku tenang, kuharap ku bisa seperti senjamu”.
15 menit yang indah, bersama menatap senja dan menikmati betapa dunia begitu membuatku bahagia.
-1412
-1412