Mencoba untuk menutup sedikit rasa yang mengganggu setiap kali datang.
Secara tiba-tiba, begitu saja terlintas bayangannya.
Apa yang bisa ku lakukan?
Hanya bisa mengingat dan itu yang jadi pengobat untuk hati ini yang telah sedikit tergores.
Kadang kucoba membuka lagi foto lama bersamanya.
Memori yang indah saat senyumku masih tulus karena bersamanya.
Secara tiba-tiba, begitu saja terlintas bayangannya.
Apa yang bisa ku lakukan?
Hanya bisa mengingat dan itu yang jadi pengobat untuk hati ini yang telah sedikit tergores.
Kadang kucoba membuka lagi foto lama bersamanya.
Memori yang indah saat senyumku masih tulus karena bersamanya.
Dia.
Pria di seberang daratan tempatku berpijak. Begitu sulit rasanya untuk menggapai raganya. Setiap waktu hanya bisa menanti kabar.
Pria di seberang daratan tempatku berpijak. Begitu sulit rasanya untuk menggapai raganya. Setiap waktu hanya bisa menanti kabar.
Ketahuilah aku di sinii bersama rasa rindu yang tak kunjung mereda. Mencoba mengisinya dengan seribu rutinitas.
Tapi yang namanya rindu ....
tak kunjung mereda.
Tapi yang namanya rindu ....
tak kunjung mereda.
Hati yang telah bersatu tak bisa untuk diminta sebagian pergi apalagi dengan paksa membunuhnya dengan kejam. ..
Hanya terus mendamba.
Hanya terus mendamba.
Teringat seesaat sebelum kepergian di hari penuh pilu itu.
Terakhir pertemuan untuk sebuah perpisahan.
Waktu yang bisa berputar dengan cepat dan berlalu begitu saja kurasakan membeku tiba-tiba.
Disaat aku belum menyadari pegangan erat tangannya yang begitu hangat tapi berbeda.
Terakhir pertemuan untuk sebuah perpisahan.
Waktu yang bisa berputar dengan cepat dan berlalu begitu saja kurasakan membeku tiba-tiba.
Disaat aku belum menyadari pegangan erat tangannya yang begitu hangat tapi berbeda.
Pria yang ku kenal selalu berwajah ceria, dengan mata tajam bersinar seperti bintang malam, senyum tipis mempesona yang tak pernah ku lupa.
Tapi sore itu....
Pria itu tak seperti yang ku kenal, wajah ceria tergantikan guratan sendu, mata tajam melukiskan kepiluan dan sinarnya meredup, senyum tipis telah hilang dan terhapus.
Tapi sore itu....
Pria itu tak seperti yang ku kenal, wajah ceria tergantikan guratan sendu, mata tajam melukiskan kepiluan dan sinarnya meredup, senyum tipis telah hilang dan terhapus.
Sore yang seharusnya indah dengan jingganya dan alunan debur ombak yang biasa bak melodi cinta membuat kita terbuai. Hari itu menjadi sore terakhir ku lihat cakrawala bersamanya, jingga hanya terlihat kelam dan ombak terasa hening dan senyap tak lagi membuai.
Perpisahan harus dihadapi tapi kata-kata yang terucap dari mulutnya itu membuat goresan luka yang kau sembuhkan dulu kembali menganga. Aku tak sanggup berkata.
Ah .. sudahlah..
Aku tak bisa berbuat apa-apa perlu disadarkan diri ini yang hanya bisa terus bermimpi. Aku hanya gadis malang yang terus dalam penantian. Menahan tangisan saat rindu yang perih ini datang. Perlahan ku belajar untuk terus bertahan.
Aku tak bisa berbuat apa-apa perlu disadarkan diri ini yang hanya bisa terus bermimpi. Aku hanya gadis malang yang terus dalam penantian. Menahan tangisan saat rindu yang perih ini datang. Perlahan ku belajar untuk terus bertahan.
Banyak yang berubah...
Senja yang tak lagi menjingga,
Hujan yang tak lagi bisa melantunkan irama cinta,
separuh hati yang hilang bersama angin membawa keperihan dan cerita yang iba.
Senja yang tak lagi menjingga,
Hujan yang tak lagi bisa melantunkan irama cinta,
separuh hati yang hilang bersama angin membawa keperihan dan cerita yang iba.
Entah sampai kapan...
ku kan sanggup bertahan...
ku kan sanggup bertahan...