Pages

RELAWAN

RELAWAN

Kamis, 21 Mei 2015

Gunung : Cerita Baru dari Tepi Cadas

Hari yang dinanti pun tiba, setelah sekian lama menunggu untuk kembali ke tempat yang dulu pernah kudatangi, penuh kenangan . Tempat dimana dua tahun lalu kaki di sana ...
Gunung Marapi, 2891 mdpl.

Jum'at...16.00 WIB
Sore itu, bersama teman-teman yang lain kami berkumpul untuk mempersiapkan perlengkapan, cek kembali logistik dan menunggu anggota yang lain. Kami akan pergi pendakian sembilan orang, lebih banyak dari pada dua tahun lalu yang hanya berempat orang.

18.20 WIB

Adzan  maghrib berkumandang, sebelum melakukan perjalanan yang akan melelahkan kami menghadap Sang Pencipta Alam, berharap perjalanan akan diberkahi dan diberi kelancaran.
Setelah yakin semua telah lengkap, perjalanan pun dimulai. 3 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor dari Padang menuju Kota Baru, Agam.

Sekitar jam 10 malam kami tiba di Pasar Kota Baru, cuaca malam tidak terlalu dingin, mungkin karena diri ini telah terbakar semangat yang menggebu-gebu untuk perjalanan ini.
Kami menuju posko untuk melapor. Telah banyak pendaki lain yang saat itu telah naik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kendaraan yang didominasi sepeda motor terparkir di sekitar posko.
Juga saat sedang mengurus pelaporan, sesekali lewat sekelompok pendaki dengan ransel-ransel besar yang juga akan mendaki gunung.
Setelah siap melapor, dan ini lah perjalanan segera dimulai. Diawali dengan doa  bersama mengharapkan kelancaran kepada Sang Pencipta Alam.

Rencana kami malam itu akan camp di pondok, tidak langsung menuju puncak. Perjalanan kali ini adalah perjalanan santai dan pendakian pertama untuk beberapa anggota.

Seakan membelah gelapnya malam , berjalan dengan penerangan seadanya. Setelah tiba di tempat camp yang direncanakan , ternyata tempat itu teah banyak berdiri tenda-tenda pendaki lain. Tidak ada tempat yang kosong untuk mendirikan tenda kami.
Kami pun memilih mencari tampat camp lain.

Sesekali terdengar suara hewan hutan yang malam itu menyambut kami datang.
Setelah berjalan menembus gelapnya rimbun pepohonan, kami tiba di sebuah sumber air. "mata air koncek", ya itulah sebutan untuk sumber air tersebut. Sambil beristirahat sambil mengisi persedian air dan berbincang dengan pendaki lain.

Beberapa menit kemudian perjalanan pun dilanjutkan. Kami menemukan tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Dan kami memutuskan untuk camp di tempat itu. Beristirahat untuk malam ini.
Tenda mulai didirikan oleh sebagian anggota dan sebagian lagi memasak air untuk membuat kopi hangat, yang memang sangat cocok untuk malam itu.

Sabtu, 07.00 WIB

Matahari telah muncul, aktifitas pagi ini pun dimulai.
Aku dan beberapa anggota cewek  mulai memasak air dan menyiapkan sararapan untuk pagi itu. Menu yang enak untuk tempat seperti ini, sambal ikan teri kacang plus mie instan. Cukup untuk menambah energi untuk memulai perjalanan yang masih jauh di depan.




Sarapan selesai, barang-barang kembali di masukkan ke dalam tas carrier dan wajah penuh semangat pagi itu tampak jelas dari seluruh anggota.

Bagi merekan yang pertama kali melakukan pendakian memang ini adalah sesuatu yang paling ditunggu-tunggu dan akan pengalaman yang tak akan terlupakan nantinya.
Tapi untuk mereka yang sudah pernah melakukan pendakian sebelumnyam terutama bagiku, pendakian ini adalah perjalanan mengulang kisah lama di tempat yang sama dengan orang-orang yang berbeda.

08.30 WIB

Perjalanan dimulai...
perlahan tapi pasti kaki mulai melangkah melalui jalan yang terus menanjak.
Kami merencanakan untuk camp selanjutnya di cadas. Tapi karena banyaknya pendaki lain yang telah sampai ke cadas, kamipun mengatur strategi.



Anggota yang membawa tenda  dan logistik berjalan duluan untuk mencari tempat untuk mendirikan tenda . Sedangkan yang lainnya dibelakang bersama dua anggota cewek.

12.30 WIB
Aku bersama dua anggota lain telah sampai di mata air . Tempat ini disebut "Pintu Angin",  tempat mengisi persediaan air untuk  mengisi persediaan air minum.
Dua anggota lain telah tiba di cadas dan mendirikan tenda.

Sambil sejenak beristirahat, perlahan kenangan beberapa tahun silam kembali teringat. Di tempat sekarang aku istirahat, tempat yang sama  dengan cerita yang berbeda (andai saja...)

Setelah lama, seluruh anggota telah berada di cadas. sekedar beristirahat, dan berfoto dan senja pun datang. Fajar tertutup kabut dan sedikit menampakkan puncak Singgalang di seberang sana.









Saat itu hari dimana aku menghirup udara kebebasan . Bebas dari urusan sehari-hari. dan sesekali melihat lampu-lampu kota Padang Panjang dan Bukittinggi seperti segerombolan kunang-kunang. Dan tenda pendaki lain yang meramaikan suasana.

Sebenarnya, aku ingin merasakan sedikit suasana sepi, yang ramai dengan sorak sorai suara manusia.





Rintik hujan turun sedikit disertai angin yang agak kencang, Badai sepertinya akan datang.

Aku paham kenapa dulu Soe Hook Gie dan pendaki lain menyukai puncak. Mereka menikmati kesunyian, apalagi Gie. Abu jenazahnya yang disebarkan di lembah mandalawangi menikmati kesendirian itu, bebas dari masalah terurama "lumpur-lumpur politik yang kotor".

Seperti kalimat yang kubaca dalam sebuah novel "Alam Selalu memanggil-manggil". Aku sedikit paham apa maksudnya. Rasa cinta dan syukur kepada Sang Pencipta Alam inilah yang memanggil. Semuanya hilang ditelan ambisi dan keinginan dunia di bawah sana.

Hari itu hanya dihabiskan dengan perjalanan, foto-foto, menyapa pendaki lain dan tidur.

Minggu,
05.45 WIB

Cukup secara singkat ku akhiri cerita saat hari ini. Dihari terakhir kami menuju puncak marapi. Perjalanan saat itu diwarnai dengan sebuah tragedi..
Berharap melihat sunrise, fajar yang telihat begitu cerah tapi tidak untuk jiwa ini.
Berkeliling menikmati pemandangan, mengukir kembali jejak lama. Menuju taman edelweis bunga yang kata pendaki adalah bunga abadi, taman yang indah, tapi tidak untuk jiwa ini.
Semua seperti lain setelah melihat tragedi itu, membuat menjadi tak cerah, dan membuatnya menjadi tak indah.
Merenung sejenak memikirkan kehidupan.

Bergegas turun setelah barang-barang kembali di simpan ke dalam tas.
Aku paling belakang besama tiga anggota lain, satu laki-laki dan dua orang perempuan. Sedangkan yang lain telah jauh di depan.


Semua memang tak seperti dulu
tempat memang sama
tapi arti perjalanan yang berbeda
bagaimana anda memberi arti sebuah kehidupan ?
Siapkah dengan datangnya kematian ?
Kita tak tahu.
Semua telah diatur

banyak cerita lain di balik semua ini,
rasanya seperti menunggu purnama
ketika hujan lebat turun di malam hari

"Alam telah menyatukan semuanya".

-1412

0 komentar:

Posting Komentar