Pages

RELAWAN

RELAWAN

Jumat, 05 Juni 2015

Budaya : Adat di Minangkabau


Orang Minangkabau terkenal dengan adatnya yang kuat. Adat sangat penting dalam
kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu dalam petatah Minangkabau diungkapkan, hiduik di
kanduang adat. Maka, ada empat tingkatan adat di Minangkabau.


1. Adat Nan Sabana Adat
Adat nan sabana adat adalah kenyataan yang berlaku tetap di alam, tidak pernah
berubah oleh keadaan tempat dan waktu. Kenyataan itu mengandung nilai-nilai, norma, dan
hukum. Di dalam ungkapan Minangkabau dinyatakan sebagai adat nan indak lakang dek
paneh, indak lapuak dek hujan, diasak indak layua, dibubuik indak mati2 atau adat babuhua
mati.3 Adat nan sabana adat bersumber dari alam.


Pada hakikatnya, adat ini ialah kelaziman yang terjadi sesuai dengan kehendak Allah.
Maka, adat Minangkabau tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal itu melahirkan konsep
dasar pelaksanaan adat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, yakni adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah dan syarak mangato, adat mamakai.4 Dari konsep itu lahir
pulalah falsafah dasar orang Minangkabau yakni alam takambang jadi guru.5
Adat nan sabana adat menempati kedudukan tertinggi dari empat jenis adat di
Minangkabau, sebagai landasan utama dari norma, hukum, dan aturan-aturan masyarakat
Minangkabau. Semua hukum adat, ketentuan adat, norma kemasyarakatan, dan peraturanperaturan
yang berlaku di Minangkabau bersumber dari adat nan sabana adat.


2. Adat Nan Diadatkan
Adat nan diadatkan adalah adat buatan yang dirancang, dan disusun oleh nenek moyang
orang Minangkabau untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aturan yang berupa adat
nan diadatkan disampaikan dalam petatah dan petitih, mamangan, pantun, dan ungkapan
bahasa yang berkias hikmah.


Orang Minangkabau mempercayai dua orang tokoh sebagai perancang, perencana, dan
penyusun adat nan diadatkan, yaitu Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak
Katumangguangan.


Inti dari adat nan diadatkan yang dirancang Datuak Parpatiah Nan Sabatang ialah
demokrasi, berdaulat kepada rakyat, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
Sedangkan adat yang disusun Datuak Katumangguangan intinya melaksanakan pemerintahan
yang berdaulat ke atas, otokrasi namun tidak sewenang-wenang. Sepintas, kedua konsep adat
itu berlawanan. Namun dalam pelaksanaannya kedua konsep itu bertemu, membaur, dan
saling mengisi. Gabungan keduanya melahirkan demokrasi yang khas di Minangkabau.


Diungkapkan dalam ajaran Minangkabau sebagai berikut:
Bajanjang naiak, batanggo turun.
Naiak dari janjang nan di bawah, turun dari tanggo nan di ateh.
Titiak dari langik, tabasuik dari bumi.6
Penggabungan kedua sistem ini ibarat hubungan legislatif dan eksekutif di sistem
pemerintahan saat ini.


3. Adat Nan Taradat
Adat nan taradat adalah ketentuan adat yang disusun di nagari untuk melaksanakan adat
nan sabana adat dan adat nan diadatkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nagarinya.
Adat ini disusun oleh para tokoh dan pemuka masyarakat nagari melalui musyawarah dan
mufakat. Dari pengertian itu lahirlah istilah adat salingka nagari.


Adat nan taradat disebut juga adat babuhua sentak, artinya dapat diperbaiki, diubah, dan
diganti. Fungsi utamanya sebagai peraturan pelaksanaan dari adat Minangkabau. Contoh
penerapannya antara lain dalam upacara batagak pangulu, turun mandi, sunat rasul, dan
perkawinan, yang selalu dipagari oleh ketentuan agama, di mana syarak mangato adaik
mamakaikan.


4. Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan aturan adat yang dibuat dengan mufakat niniak mamak dalam
suatu nagari. Peraturan ini menampung segala kemauan anak nagari yang sesuai menurut
alua jo patuik, patuik jo mungkin. Aspirasi yang disalurkan ke dalam adat istiadat ialah aspirasi
yang sesuai dengan adat jo limbago, manuruik barih jo balabeh, manuruik ukuran cupak jo
gantang, manuruik alua jo patuik.


Ada dua proses terbentuknya adat istiadat. Pertama, berdasarkan usul dari anak nagari,
anak kemenakan, dan masyarakat setempat. Kedua, berdasarkan fenomena atau gejala yang
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Ini diungkapkan dalam kato pusako:
Tumbuah bak padi digaro, tumbuah bak bijo disiang.
Elok dipakai, buruak dibuang.
Elok dipakai jo mufakat, buruak dibuang jo rundiangan.7
Adat istiadat umumnya tampak dalam bentuk kesenangan anak nagari seperti kesenian,
langgam dan tari, dan olahraga.

Sumber : H. Mas'oed Abidin , Kompilasi ABS SBK

0 komentar:

Posting Komentar