Pages

RELAWAN

RELAWAN

Minggu, 07 Juni 2015

Budaya : Ranah dan Etnis Minang

Ranah Minang atau Alam Mingkabau adalah daerah teritorial etnis Minang dan ternyata sekarang tidak sama dengan teritorial pemerintah yang bernama Sumatera Barat. Sumatera Barat jelas batas-batasnya, Alam Minangkabau merasuk ke daerah Riau, Jambi dan Bengkulu, bahkan ada bagian-bagian Sumatera Barat yang bukan termasuk alam minagkabau. Batas daerah Minangkabau dilukiskan sesuai budayanya yang puitis dalam buku terbitan LKAAM diutarakan dengan kalimat-kalimat sebagai berikut :

"berbatas dengan siluluak punai mati, sirangkak dan badangkang buayo putiah duguak, Taratak aia hitam, sikilang aia bangih sampai ka durian taratak rajo". Idrus Hakimy memberikan gambaran yang lebih rinci dengan kalimat Nan salilik gunuang Marapi, saedaran gunuang Pasaman sejajar Sago jo Singgalang sampai Talang jo Kerinci. Dari singkarak nan badangkang, hinggo buayo putiah daguak sampai ka pintu Roji Ilia, durian ditakuak rajo. Sipisai-pisai anyuik, Sialang balantak basi hinggo aia babaliak mudiak sampai ka ombak nan badabua. Sailiran Batang Sikilang hinggo lauik nan sadidih ka timua ranah Aia Bangih Rao jo Mapa Tunggua Gunuang Mahalintang. Pasisia Banda Sapuluah hinggo taratak aia hitam sampai ka Tanjuang Simalidu Pucuak Jambi sambilan lurah.

Kalimat-kalimat di atas masih dapat ditelusuri dan diintrepetasi dengan jelas. Namun yang penting dari kalimat di atas adalah daerah Minangkabau terdiri dari Darek, Pasisia, dan Rantau (daratan, pesisir pantai da perantauan). Yang disebut rantau di sini sampai ke Malaysia Negeri Sembilan yang sesuai dengan pandangan Alimin Sinapa.

Kalau kita perhatikan pada etnis Cina, Jepang bahkan etnis Jawa umpamanya, di tempat baru mereka tetap mempertahankan tradisinya, membawa dan mempertahankan adat dan budayanya. Kita menyaksikan sendiri etnis Jawa yang sudah lebih satu abad bermukin di Suriname malahan lebih fasih berbahasa Jawa daripada bahasa Indonesia, masih memahami falsafah yang terkandung dalam dunia pewayangan, masih memelihata gamelan dan lain-lain.

Inilah yang tidak ditemukan mengenai etnis Minang yang menurut Alimin Sinapa 2/3 berada di perantauan. Kiranya akan menjadi beban dari generasi mendatang untuk menelusuri dan mengkajinya kalau masih mereka masih akan menghargai adat dan budaya Minang. di Sumatera saja yang masih satu pulau, etnis Minang yang turun temurun ada di Aceh, Bengkulu, Riau, Jambi dan lain-lain tidak lagi merasa sebagai etnis Minang.

Suatu nikmat yang diberikan Tuhan kepada Ranah Minang atau etnis ini adalah masa lalu yang indah. Daya tarik negeri ini begitu mempesona. Gabungan Alam dan penduduk serta adat dan budayanya telah melahirkan orang-orang ternama di negeri ini. Alumni dan pendidikan tempaan Ranah Minang menjadi orang-orang penting dan dengan darah perantaunya tersebar seantero negeri. Alam Ranah Minang dan budayanya melahirkan orang-orang pintar bercakrawala luas yang menjadikan manusia-manusia pelopor dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia.

Ini benar yang seakan-akan tidak lagi ada daya tariknya bagi urang Minang. Walaupun banyak "ota" dan "ruok" yang jelas belum banyak membangkitkan "batang tarandam".

sumber : H. CH. N. Latief, SH, MSi DT Bandaro,Etnis dan Adat Minangkabau Permasalahan dan Hari Depannya, Angkasa Bandung,2002

0 komentar:

Posting Komentar