Pages

RELAWAN

RELAWAN

Selasa, 12 Juli 2016

Cakrawala, Selamat Jalan

Cerita kali ini masih tentang senja yang selalu menjadi temanku paling setia, tiap hari datang dan pergi tak pernah bosan. Senja yang selalu ku katakan, senja yang selalu misterius, senja yang tak pernah sama dan aku suka.

Ku harap cerita ini ada yang suka, tak membosankan seperti senja.

Semua berawal disaat sore itu. Aku masih setia mengantarkan mentari untuk perlahan pergi. Perhatianku kepada sosok yang ku kenal. Seorang gadis yang untuk kesekian kalinya aku melihatnya.
Kenapa aku mengarahkan perhatian kepadanya ?
ya... ada sesuatu yang membuatku memperhatikannya.

Seperti yang ku rasakan di penghujung sore dengan angin sepoy menenangkan, masih bersama senja, aku selalu senang, masalah yang mendera seakan hanyut terbawa ombak jauh dan membuatku tenang.

Tapi... Pandanganku masih tertuju kepada gadis yang duduk di atas batu yang tersusun rapi menjadi pemecah ombak itu, dia menatap kosong ke arah matahari yang bulat sempurna. Gadis yang kukenal dengan wajah cerianya, gadis yang ku kenal dengan senyum indahnya, gadis yang ku kenal dengan gaya anggun sederhana nya. Sore itu dia dengan jilbab abu-abu dengan bordiran bunga di tepiannya, baju kotak-kotak dominasi biru trendy dengan stelan rok jeans yang terlihat sederhana.

Bukan deskripsi yang ku sebutkan di atas yang membuatku tertarik memeperhatikannya menjadi alasan aku mengarahkan pandangan dan mengamatinya diam-diam. Tapi, aku melihat butiran air mata jatuh membasahi pipinya, dengan suara tangis terisak. Tangis pilu yang ku tahu itu adalah kekecewaan akan cinta yang dikhianati.

Ingin ku mendekatinya tapi ku tak berdaya. Hanya mampu menjadi pengamat dari jauh, dalam diam dan hanya mampu berbisik kepada angin agar tersampaikan kepadanya.

Gadis pilu yang dikhianati. Kepercayaan diganti dengan dusta dan pengkhianatan. Aku tau apa yang dia alami. Aku tau siapa dia , mengapa dia menangis senja ini. Dia yang tidak mengetahui selama ini aku terus memperhatikannya.

Dia korban dari permainan cinta yang telah kalah. Cinta yang dipercaya selama ini berpaling hati dan pindah ke singgasana lain. Ditinggal pergi menyisakan luka pedih besar menganga, menyaksikan dan mendengarkan cintanya berpaling. telah pergi dan hilang.

Aku... tetap menjadi pengamat setianya dari jauh melihatnya...

Dia masih menangis ...mencoba untuk memulai melupakan dan mengucapkan selamat jalan untuk dia yang telah pergi.. 
masih menangis... 
Masih memperhatikannya... 
masih pengamat dalam diam..

-1412

PUISI : Catatan yang Terabaikan


Pemuda malang yang terpagut harapan 
masih berdiri di depan pintu gubuk kecilnya 
menatap kabut perlahan turun di lembah penantian
Bermodalkan keyakinan diri dan sebuah janji 
percaya dengan Tuhan sang penulis catatan tentang takdir diri 
masih berdiri

seorang diri..
merenung dalam ....
kabut semakin menebal 
menyamarkan pandangan tentang keyakinan 
nyanyian alam mencoba mengingatkan

tapi tak terbendung, hati malah dilanda kesuraman

hei... pemuda malang... 
catatan yang kau lupakan... 
lihat kembali jejak yang telah kau buat...
 hasil tak akan berkhianat ... 
dia akan datang...
1412
4 Ramadhan 
9-6-16