Pages

RELAWAN

RELAWAN

Sabtu, 26 November 2016

Tulisan kerinduan

Terpisah jarak ...
Sepanjang jalan lintas sumatera....
Dibatas dinding Bukit Barisan ...
Di seberang Selat Sunda...
uuuuhhh.. jauh luasnya daratan dan lautan...

Cerita kau dan aku tak ada bernaskah...
sehingga sampai kini tak jelas untuk berkisah.

aku masih mengingat kalimat sebelum aku pergi.
kau akan selalu menjaga hati ...

saat langkah ku akan meninggalkan kota kita ...
kau lepas aku tanpa tatapan..
kau lepas aku tanpa pertemuan...
apa kau tak sanggup ? lalu menghilang..

masih di akhir keberangkatan..
masih ku menoleh kebelakang..
berharap kau datang..
walaupun ku akhirnya akan mengucapkan "Selamat tinggal".

-1412
27-11-16

Kamis, 17 November 2016

Kabar Malam

Hei malam....
apakah kau membawa kabar ttg dia hari ini ...?
apakah kau dapat menceritakan sdg apa dia mlm ini?

seberapa merona bola mata nya saat ini, dan seberapa cantik senyumannya ?
apakah masih menentramkan ,?
apakah tk ada yang mnggaduhnya,.,.?


kabarkan kepadaku tentang bidadari biru itu yang masih tertinggal saat ini di bumi..
kabarkan kepadaku tentang raden ayu itu yang selalu mnjd alasan ku utk menanti..

malam....
dalam senyapmu jangan biarkan dia sepi ..
dalam diam ku ... hati ini selalu riuh tak mau berhenti..
meminta dan selalu menyebut sebuah nama...
entah dmana adanya,..
pun dalam jurang yang dalam ...
aku selalu menyebutnya di sepertiga malam.....

-1412
Padang, 17 november 2016

Selasa, 15 November 2016

Petang yang menghinaku

Petang ini langit kelabu, deburan ombak masih berkejaran seperti biasanya, anak manusia masih sibuk dengan urusannya masing-masing...
Lihatlah di sana....
Sekelompok orang sibuk dengan bola , saling berkejaran.

Ada yang asik mengabadikan momen dengan berfoto, mungkin mereka menganggap suasana petang ini begitu bagus dan cantik .... Tapi, menurutku apa cantiknya petang ini ?
Hanya kelabu dan langit yang semakin mendung.
Cakrawalapun seperti malu-malu.

Petang ini seperti sedang menghinaku atau sedang menemani dan menyamai perasaanku, sendiri terpaku.

Rinai turun menambah sendu suasana, suara ombak ku rasakan seperti tangisan, memilukan.
Lebat pun hujan tak akan mampu menghapus luka yang kian lebar menganga, kepedihan.

Di ujung sana, tepat arah jam 12 tempatku kini, kapal nelayan ada yang menepi, baru pulang melaut.
Bersyukur dengan hasil yang didapat.
Seharunya aku juga harus seperti itu, selalu bersyukur dengan apa yang terjadi. Tuhan punya rencana lain.
Saat diawal pertemuan dengannya sudah ku sisakan sedikit ruang untuk rasa sakit yang kini dirasakan, dan memang terjadi.

Saat ini aku benar-benar telah dihina oleh petang, barisan awan seperti membentuk rangkaian pengolokan, Aku pun sudah puas ditertawakan. Ku akui, aku kalah dalam permainan ini, atau ini mungkin sebuah perjudian.

Senja kali ini pergi tanpa ada sapaan saat dia menghilang, sungguh.... ini siksaan.

-1412
14-11-16

Senin, 14 November 2016

Nama yang tersamar

Ada yang selalu teringat .. 

Saat sebuah nama begitu di sebut dlm ruangan yang gelap dan pekat... 


Lidah tak mampu lagi untuk bersilat... 

Diam.. 

Detak jantung semkin cepat... 


Nama yang menjadi alasan kau mnunggu. . 

Setiap hari melimpah dalam secangkir rindu... 


Apa yg d tuju.. 

Hanya temu.... 

Nama itu kadang terlupa... 

Kadang dibenci.. 

Kadang juga mmbuat bahagia... 

Bersabar dlm ruang yg hampa... 


-1412

Senja Terakhir

Ini senja terakhir yang mungkin akan ku tinggalkan dia bersamamu,Senja yang kelabu, menertawakanku jelas sekali menghinaku.

Titip dia .. jaga dan biarkan dia menawan seperti biasanya... 
biarkan dia begitu lembut seperti biasanya.

Dan hei... Lengkungan indahnya jangan kau gaduh... 
Biarkan seperti itu. Nyaman dan teduh...
membuat jernih hati yang keruh.

Tak mungkin ku bisa memutar waktu... 
Nanti yg ada hanya kecewa Karena hati yang begitu sakit tergores sembilu...

Biarkan aku utk menoleh sesaat... 
Walaupun berat utk mengucapkan "selamat tinggal"... 

-1412

Jumat, 11 November 2016

Senja , Secangkir Kopi dan Dermaga

Hai senja ....
kita bertemu lagi, maukah kau kembali mendengarkan ceritaku sekarang ini ?
Ini bukan lagi di tepi pantai dengan ombak yang terus menari, ini adalah dermaga bisu yang menjadi tempatku untuk bisa melepas rinduku kepadamu.
Di sudut dermaga yang menjadi tempat anak manusia biasa termenung sendu.



Hai senja...
kau tentu heran kenapa aku di sini sendiri?
akan ku jelaskan. ...
Tadi dia di sini, cuma sebentar lalu pergi, meninggalkan aku bersama secangkir kopi. menggantikannya agar aku terlelap dan terus mengalirkan syair puisi.

Senja...
Aku berada di langit imajinasi paling tinggi saat ini, lihatlah kopi yang dibuatnya , menambah inspirasi, begitu pas dengan adukan lembut dan rasa manis yang begitu damai. Dia meraciknya dengan senyuman tulus untuk membuatku semakin jauh terbang berimajinasi.

Sore yang tentram sekarang ini ku duduk menerawang, begitu samar kadang, tapi cahaya merah langitmu membuatnya terang persis seperti pipinya yang malu-malu.

Senja .... kau juga tentu mengenalnya kan?
gadis yang biasa ku ceritakan ...
Gadis yang mempunyai lengkungan indah di wajahnya.. lihat sendirilah senyumnya, itulah bocoran sedikit dari Tuhan tentang surga.

Tapi sayangnya, dia tak bisa untuk ikut ngopi bersamaku, menikmati bersama pahit dan manisnya secangkir cairan hitam pekat ini, dan juga dia tak bisa lama-lama untuk duduk berdua di sudut dermaga ini, menyaksikan tumbuhan bakau yang melambai pelan diterpa angin, berbaris rapi bagaikan serdadu.
Dia memang tak suka kopi, juga tak bisa lama-lama di sini.
Tapi dia sama denganku,, menyukaimu senja.....

-1412
11-11-16

Kamis, 10 November 2016

Sajak : Tentangmu

Kau adalah bidadari biru yg langit turunkan saat embun pagi mmbasahi dedaunan...

Kau adalah mentari senja yang merona dengan wrna jingganya..

Kau adalah angin sepoy yang berhembus sejuk menentramkan jiwa..

Kau adalah keindahan dan kenyaman itu.. Senyummu menyaingi indahnya pelangi...

Kau adalah malam yang cantik dg bertaburan bintang2 sbagai kunang2 langit..

Tentu saja d tambah manisnya rembulan...

-dermaga sepi berteman dg scangkir kopi d saat senja...
-1412
10 -11-16

Jumat, 04 November 2016

Sajak : Bisikan Lacah Merah


Ini adalah tempat dimana carut marut kota tak lagi berkutik
Hanya ada semilir angin, sayap-sayap belerang yang mengayun lembut
dan sekawanan rindu yang tersungut-sungut dari balik hati,
Torehan yang kau sematkan semalam menebar darah di setapak cinta
Semakin beringsut kakiku

Semakin lacah campuran luka dan air mata
Kakiku kini bermandikan lumpur merah
Kubasuh jua dengan bulir bening ini,
Namun bekasnya tersenyum manis dikulum,
Arealku kini lacah semua dari kaki sampai puncak hati,
kunikmati
Ini sangat ku nikmati,

Semakin keatas semakin mencuat rasionalnya,
Lacah merah benar-benar memelukku dengan hangat
Menjadi guide hingga aku mendarat dipuncak rasa yang lebur
Kini aku dipuncak keheningan

Aku cukup berdiam disini
Memeluk hati sendiri
Menjeruji mata dari gambaran wajahmu
Serta menciumi sisa-sisa lacah merah dan sayap belerang dengan sumringah

 


By. Nia Erisa
4 November 2016

Kamis, 03 November 2016

Senja Si Gadis Biru

Sore itu, entah sore yang keberapa kali aku berada lagi di tempat ini, tempat yang selalu bisa membuat aku menikmati indahnya dunia, di pantai dengan ombak yang menderu dan tentu saja sajian senjanya yang indah.

Tapi, sore itu aku di sini tidak sendirian, aku bersamanya, gadis biru yang membuat jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya, mata ku yang mencuri pandang menatap wajah menyenangkannya, lihatlah penampilannya, dengan jilbab lembut berwarna biru langit, pas sepadan dengan warna baju kaos trendnya.

Menatap takzim cakrawala dan deburan ombak yang seakan tak pernah berhenti untuk berkejaran merapat ke garis pantai.
Perbincangan sore itu sederhana dan masih tentang senja.

Dia berkata dengan sedikit tersenyum,
“Aku paling suka dengan senja , aku yang suka menatapnya Aku yang begitu tentram dan damai saat melihat senja dengan corak warna indahnya”.

Dia diam sejenak dan kubalas dengan senyuman terbaikku, dalam hati aku berkata :
“Aku suka menatapmu, seperti senjamu, wajah dengan senyuman yang begitu indah, seperti senjamu, juga membuatku damai dan melihatnya begitu menyenangkan, seperti senjamu”.

Senyum tipis misteriusnya kembali membuaku terpesona seakan mengetahui apa yang kukatakan dalam hati ini, setidaknya dia tidak dapat mendengarkannya.

Dia kembali berkata :
“Saatku menatap senja membuat masalah sejenak terlupakan, membuat tenang dan menjadi tempat ku mengadu segala hal”.

Aku mendengarkannya, kembali ku katakan dalam hati, “Tapi aku, saat ku menatapmu, saat ku berada disampingmu membuatku melupakan banyak hal, kau juga membuatku tenang, kuharap ku bisa seperti senjamu”.

15 menit yang indah, bersama menatap senja dan menikmati betapa dunia begitu membuatku bahagia.

-1412

Selasa, 27 September 2016

Perempuan yang ku tinggalkan

Hai senja...
Apa kabarmu hari ini ?
lagi lagi aku mengeluh kepadamu , mengadu tentang rasa yang sedang terombang ambing.
Hati yang saat ini sedang gundah, tentang makhluk yang namanya perempuan.

bolehkah aku sedikit bercerita senja ?
maukah kau untuk tetap mendengarkanku?

Aku ingin bercerita tentang seorang perempuan yang membuat jantungku ini berdetak lebih cepat dari biasanya. Berada disampingnya bagaikan terbuai dengan hembusan angin sepoy yang menyejukkan.
Perempuan berhijab yang masih setia dengan birunya, dengan tampilan modis dan menarik untuk dipandang.

Matanya yang terkadang sedetikpun aku tak sanggup untuk menatapnya, mata itu terlalu indah dan bersinar. Ditambah dengan hiasan senyum yang sekilas disembunyikan tapi menarik.

Senja begitulah kira-kira gambaranku tentang dirinya,

Taukah kau senja apa yang ku rasakan saat ini ? sebuah rasa yang sebenarnya paling ku takutkan, kehilangan.

Saat terakhir kali aku bertemu dengannya di dermaga kayu tepian sungai Indragiri, perasaan hatiku tak setenang riak air sungai yang kala itu memancarkan bayangan mentari, tak sesejuk angin yang menggoyangkan pucuk pohon bakau yang banyak di sepanjang tepian sungai. Aku yang tak rela rasanya untuk pergi,  tapi itu adalah pilihan yang harus ku ambil untuk kelanjutan hidup ini.

Aku berkata pelan " sampai ketemu lagi".
dia membalas "iya, sampai ketemu lagi, entah kapan itu" Kalimat pendek yang membuat hatiku ngilu.

perih mendengarnya, tapi kupaksa untuk tetap kuat.

maaf senja aku terlalu banyak mengoceh? tapi, waktuku yang singkat bersamamu di sore ini lah yang bisa kupakai untuk bercerita .


Saat itu demaga menjadi saksi bisu, separuh hatiku tertambat di sana, separuh lagi tetap kuat . kupaksa untuk menguatkan.

terakhir ku berkata kepadanya "tunggu aku" dengan lantang seiring berjalannya speed boat yang memisahkan kami seakan tak peduli, hanya bisa terus melaju memecah air sungai .

Aku pergi dengan janji menjaga hati ini. tak akan ada rasa yang membuatnya berubah.

Terima kasih senja sudah mau mendengarkan ceritaku. Aku harap kau tak bosan bila ku datang lagi dengan cerita lain.

1412

PUISI : Ajarkan Aku

Engkau hadir bersama sepoy angin yang membawa kesejukan 
ketika diri dilanda kesedihan...
Hadirmu.. 
kau ajarkan aku cara bahagia... 
kau ajarkan aku rasanya cinta 
kau ajarkan aku cara untuk tersenyum...
Engkau pergi bersama mentari di ujung senja... 
disaat jiwa mulai belajar untuk memahamimu... 
kau lupa... 
saat kau pergi.. 
Kau tidak ajarkan aku untuk hidup dengan sepotong hati. 
kau tidak ajarkan aku rasanya sepi 
kau tidak ajarkan aku cara merindu... 
1412 
3 Ramadhan 
8-6-16

Selasa, 12 Juli 2016

Cakrawala, Selamat Jalan

Cerita kali ini masih tentang senja yang selalu menjadi temanku paling setia, tiap hari datang dan pergi tak pernah bosan. Senja yang selalu ku katakan, senja yang selalu misterius, senja yang tak pernah sama dan aku suka.

Ku harap cerita ini ada yang suka, tak membosankan seperti senja.

Semua berawal disaat sore itu. Aku masih setia mengantarkan mentari untuk perlahan pergi. Perhatianku kepada sosok yang ku kenal. Seorang gadis yang untuk kesekian kalinya aku melihatnya.
Kenapa aku mengarahkan perhatian kepadanya ?
ya... ada sesuatu yang membuatku memperhatikannya.

Seperti yang ku rasakan di penghujung sore dengan angin sepoy menenangkan, masih bersama senja, aku selalu senang, masalah yang mendera seakan hanyut terbawa ombak jauh dan membuatku tenang.

Tapi... Pandanganku masih tertuju kepada gadis yang duduk di atas batu yang tersusun rapi menjadi pemecah ombak itu, dia menatap kosong ke arah matahari yang bulat sempurna. Gadis yang kukenal dengan wajah cerianya, gadis yang ku kenal dengan senyum indahnya, gadis yang ku kenal dengan gaya anggun sederhana nya. Sore itu dia dengan jilbab abu-abu dengan bordiran bunga di tepiannya, baju kotak-kotak dominasi biru trendy dengan stelan rok jeans yang terlihat sederhana.

Bukan deskripsi yang ku sebutkan di atas yang membuatku tertarik memeperhatikannya menjadi alasan aku mengarahkan pandangan dan mengamatinya diam-diam. Tapi, aku melihat butiran air mata jatuh membasahi pipinya, dengan suara tangis terisak. Tangis pilu yang ku tahu itu adalah kekecewaan akan cinta yang dikhianati.

Ingin ku mendekatinya tapi ku tak berdaya. Hanya mampu menjadi pengamat dari jauh, dalam diam dan hanya mampu berbisik kepada angin agar tersampaikan kepadanya.

Gadis pilu yang dikhianati. Kepercayaan diganti dengan dusta dan pengkhianatan. Aku tau apa yang dia alami. Aku tau siapa dia , mengapa dia menangis senja ini. Dia yang tidak mengetahui selama ini aku terus memperhatikannya.

Dia korban dari permainan cinta yang telah kalah. Cinta yang dipercaya selama ini berpaling hati dan pindah ke singgasana lain. Ditinggal pergi menyisakan luka pedih besar menganga, menyaksikan dan mendengarkan cintanya berpaling. telah pergi dan hilang.

Aku... tetap menjadi pengamat setianya dari jauh melihatnya...

Dia masih menangis ...mencoba untuk memulai melupakan dan mengucapkan selamat jalan untuk dia yang telah pergi.. 
masih menangis... 
Masih memperhatikannya... 
masih pengamat dalam diam..

-1412

PUISI : Catatan yang Terabaikan


Pemuda malang yang terpagut harapan 
masih berdiri di depan pintu gubuk kecilnya 
menatap kabut perlahan turun di lembah penantian
Bermodalkan keyakinan diri dan sebuah janji 
percaya dengan Tuhan sang penulis catatan tentang takdir diri 
masih berdiri

seorang diri..
merenung dalam ....
kabut semakin menebal 
menyamarkan pandangan tentang keyakinan 
nyanyian alam mencoba mengingatkan

tapi tak terbendung, hati malah dilanda kesuraman

hei... pemuda malang... 
catatan yang kau lupakan... 
lihat kembali jejak yang telah kau buat...
 hasil tak akan berkhianat ... 
dia akan datang...
1412
4 Ramadhan 
9-6-16

Jumat, 27 Mei 2016

Inikah Rasanya Merindu ?


Aku masih di sini .
Mencoba untuk menutup sedikit rasa yang mengganggu setiap kali datang.
Secara tiba-tiba, begitu saja terlintas bayangannya.
Apa yang bisa ku lakukan?
Hanya bisa mengingat dan itu yang jadi pengobat untuk hati ini yang telah sedikit tergores.

Kadang kucoba membuka lagi foto lama bersamanya.
Memori yang indah saat senyumku masih tulus karena bersamanya.
Dia.
Pria di seberang daratan tempatku berpijak. Begitu sulit rasanya untuk menggapai raganya. Setiap waktu hanya bisa menanti kabar.

Ketahuilah aku di sinii bersama rasa rindu yang tak kunjung mereda. Mencoba mengisinya dengan seribu rutinitas.
 Tapi yang namanya rindu ....
tak kunjung mereda.
Hati yang telah bersatu tak bisa untuk diminta sebagian pergi apalagi dengan paksa membunuhnya dengan kejam. ..
Hanya terus mendamba.

Teringat seesaat sebelum kepergian di hari penuh pilu itu.
Terakhir pertemuan untuk sebuah perpisahan.
Waktu yang bisa berputar dengan cepat dan berlalu begitu saja kurasakan membeku tiba-tiba.
Disaat aku belum menyadari pegangan erat tangannya yang begitu hangat tapi berbeda.

Pria yang ku kenal selalu berwajah ceria, dengan mata tajam bersinar seperti bintang malam, senyum tipis mempesona yang tak pernah ku lupa.
Tapi sore itu....
Pria itu tak seperti yang ku kenal, wajah ceria tergantikan guratan sendu, mata tajam melukiskan kepiluan dan sinarnya meredup, senyum tipis telah hilang dan terhapus.

Sore yang seharusnya indah dengan jingganya dan alunan debur ombak yang biasa bak melodi cinta membuat kita terbuai. Hari itu menjadi sore terakhir ku lihat cakrawala bersamanya, jingga hanya terlihat kelam dan ombak terasa hening dan senyap tak lagi membuai.

Perpisahan harus dihadapi tapi kata-kata yang terucap dari mulutnya itu membuat goresan luka yang kau sembuhkan dulu kembali menganga. Aku tak sanggup berkata.

Ah .. sudahlah..
Aku tak bisa berbuat apa-apa perlu disadarkan diri ini yang hanya bisa terus bermimpi. Aku hanya gadis malang yang terus dalam penantian. Menahan tangisan saat rindu yang perih ini datang. Perlahan ku belajar untuk terus bertahan.

Banyak yang berubah...
Senja yang tak lagi menjingga,
Hujan yang tak lagi bisa melantunkan irama cinta,
separuh hati yang hilang bersama angin membawa keperihan dan cerita yang iba.

Entah sampai kapan...
ku kan sanggup bertahan...

-1412

Jumat, 20 Mei 2016

Gadis Biru

Lihat dia,
masih berdiri di tepi bibir pantai disore ini, seorang gadis dengan jilbab biru lembut berbahan halus membuatnya begitu menawan, kaos biru cerah lengan panjang yang membuat aura dirinya memancarkan pesona stelan rok jeans yang membuatnya trendy dan santai.

Dia masih asik dengan senjanya, sedangkan aku masih membiarkanya dengan hal yang dia sukai itu. Menatap senja ... senja yang selalu berbeda, senja yang selalu misterius dengan warnanya, tapi itulah yang indah baginya saat ini.

Dia menatap dalam kearah titik lingkaran cahaya yang perlahan tenggelam di laut lepas. Melirik sekilas anak-anak yang berlarian di tepi pantai. Memandang cakrawala yang berwarna keemasan, suara debur ombak pun tak membuatnya hilang fokus dengan suara berisiknya. Gadis biru yang hanyut akan senjanya.

Lama aku tak berjumpa dengannya. Kini pertemuan setelah lama berpisah aku agendakan waktu untuk bersamanya, ketempat favoritnya. Masih dengan hal yang tak pernah kulupa dan masih menjadi kebiasaannya. Menatap senja.... Aku mengikuti caranya.

Pernah ku bertanya kepadanya, si gadis biru ini : Kenapa ku menyukai senja? jawaban yang ku dapat begitu sederhana, karena setiap senja tak pernah sama, hal itu tak pernah membosankan. Aku suka caranya mengartikan senja....

Setelah lama berpisah, ku perhatikan tak ada hal yang berbeda dari dirinya. Masih tentang senja dan ada dua hal lagi yang masih sama.  

Pertama , senyuman yang menentramkan jiwa. Inilah yang membuatku terpesona dan suka kepadanya. Aku awalnya cuma tau bahwa pelangi adalah lengkungan yang indah diciptakan Tuhan. Ternyata ada yang lebih indah yang Dia berikan kepada seorang gadis beruntung di bumi ini, kepadanya. Lengkungan indah dari raut wajah selalu ceria. Lengkungan yang selalu mendamaikan jiwa dan membuat terpana. Jika ia berkata melihat senja membuatnya tidak pernah bosan karena tiap hari berbeda. Menurutku melihat senyumya membuatku tak pernah bosan walaupun tiap hari selalu sama. ya..Slalu sama indahnya.

Banyak hal yang mendefinisikan senyumnya membuat kata-kata akan habis terpakai. Biarlah yang sedikit ini cukup untuk mewakili penggambaran tentang dirinya.

Kedua, Dia yang selalu dengan birunya. Dia yang menyukai senja dengan warna jingganya, tapi aku menyukainya dengan birunya.

Aura terpancar saat ia mengenakan stelan biru. Warna yang menjadi favoritnya dan cukup mewakili tentang nya, terlihat cocok dengannya. dia memang cocok sebagai “Gadis Biru”.


Jinga telah habis dan langit mulai gelap. Mentari beristirahat untuk besok mulai menyinari lagi. Dia menatapku dengan senyuman yang tulus, dengan mata yang seolah menyampaikan “ temani aku kesini lagi esok hari”.

1412

Selasa, 17 Mei 2016

KSR PMI Unit UNP : Donor Darah , Bukti Nyata Untuk Berbakti



Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Universitas Negeri Padang bekerja sama dengan Bank Mestika melaksanakan Aksi Donor Darah pada Rabu (20/4). Acara ini berlangsung di Pendopo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP.

Acara ini merupakan rangkaian dari HUT Bank Mestika ke-61 yang bermaksud untuk menumbuhkan jiwa kepedulian dan solidaritas antar sesama, juga untuk memenuhi kebutuhan darah di Kota Padang.

“Saya senang sekali melihat antusias masyarakat yang tinggi, khususnya mahasiswa UNP, kepeduliannya tinggi” ujar Irwansyah Lubis selaku Coorporate Secretary Bank Mestika.
Irwansyah mengatakan bahwa donor darah yang dilaksanakan ini nantinya bisa bermanfaat  dan untuk selanjutnya KSR PMI Unit UNP dapat meningkatkan lagi program lain untuk menunjukkan kepeduliaan terhadap sesama.

“Terima kasih kepada pihak kampus yang telah memberikan izin dan kesempatan melakukan kegiatan ini” ujarnya.

Acara kali ini begitu banyak menarik antusias masyarakat, bukan hanya kalangan mahasiswa UNP, tapi juga karyawan/staff di UNP dan prajurit TNI YONIF 133/Yudha Sakti. Kantong darah yang didapatkan juga melebihi target .

KSR PMI Unit UNP setiap periode nya selalu melaksanakan kegiatan donor darah. Kegiatan ini adalah kegiatan rutin setiap 3 bulan sekali untuk membantu UDD memenuhi stok darah di Kota Padang.
setiap tahunnya, KSR PMI Unit UNP selalu mendapatkan pernghargaan dari Unit Donor Darah (UDD) Kota Padang sebagai Instansi Penggerak Kegiatan Donor Darah.

Kita sama-sama memahami, kebutuhan akan darah tiap tahun selalu meningkat, sedangkan stok darah yang ada terkadang tidak mencukupi kebutuhan darah. Tujuan KSR PMI Unit UNP menyelenggarakan kegiatan donor darah sebagai sosialiasi bagi seluruh civitas akademik Universitas Negeri Padang agar kegiatan ini menjadi gaya hidup.  Sehingga kesadaran mahasiswa untuk mendonorkan darahnya semakin terbuka.

Minat dan antusias mahasiswa UNP sendiri dalam menyikapi kegiatan ini terus meningkat. Terbukti setiap tahunnya kegiatan donor darah yang dilaksanakan KSR PMI Unit UNP terus mengalami peningkatan pendonor. 

Komandan KSR PMI Unit UNP, Ardanda Manjuto mengatakan bahwa kantong darah yang didapat berjumlah 483 kantong. “Semoga kerjasama yang dilakukan bersama Bank Mestika dapat berkelanjutan dan selalu mendapatkan dukungan pihak kampus secara penuh . Terima kasih kepada Bank Mestika yang telah bersama menyelenggarakan acara ini, semoga darah yang disumbangkan dapat bermanfaat untuk kebaikan umat manusia”ujarnya.

Acara ini merupakan bukti nyata Bank Mestika , UDD Kota Padang dan KSR PMI Unit UNP yang selalu konsisten menyalurkan baktinya.


selain kegiatan donor darah, KSR PMI Unit UNP juga selalu rutin untuk melaksanakan kegiatan seminar tentang donor darah, agar mahasiswa memahami kenapa mereka harus mendonorkan darahnya.

Hal yang melatar belakangi kegiatan ini adalah masih banyaknya mahasiswa sebagai pemuda dan kaum intelektual yang belum mengetahui tentang donor darah dan manfaatnya, sehingga masih ada ketakutan dan masih percaya dengan mitos-mitos yang beredar tentang donor darah. Menurut data juga diketahui bahwa kebutuhan darah di Indonesia masih kurang sehingga sering terjadi kesulitan utk memenuhi permintaan, ini dikarenakan jumlah permintaan dari pasien yang membutuhkan lebih banyak dari pada pendonor yang ingin mendonorkan darah.

kegiatan donor darah dan seminar donor darah akan selalu rutin diadakan oleh KSR PMI Unit UNP. Kedua kegiatan ini untuk menunjang kegiatan PMI untuk terus menebarkan bakti nya untuk negara ini.

ditulis oleh : Yardi Ramdani

Foto : KSR PMI Unit UNP